Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan jumlah pasien yang diduga bergejala hepatitis akut di Indonesia. Hingga Kamis (15/6/2022), terdapat 91 kasus kumulatif dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Dari total 91 kasus tersebut, 35 di antaranya dinyatakan probable atau kemungkinan terkena hepatitis akut.
"Ada 91 yang sudah kita lakukan pemeriksaan, 35 probable , 7 pending classification , dan 49 discarded (disingkirkan)," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Mohammad Syahril saat menyampaikan perkembangan Covid 19, Monkey Pox dan Hepatitis Akut di Indonesia, Jumat (16/9/2022). Syahril menambahkan, kasus dugaan hepatitis akut tersebut, tersebar di 22 provinsi. "Jadi, tidak semua ada kasus hepatitisnya atau probable nya suspek atau pendin g ini ya," lanjutnya.
Dari 22 provinsi itu, terbanyak di DKI Jakarta untuk kasus p robable , yakni 22 kasus. Disusul DIY yang terdapat 2 kasus probable hepatitis akut. Lebih lanjut, untuk kasus yang probable, kata Syahril, paling banyak mengalami demam hingga nafsu makan hilang.
"Dari 35 kasus probable itu, terbanyak demam, kuning, mual, muntah, hilang nafsu makan, dan seterusnya. Itu yang didapat dari 35 kasus probable di Indonesia," jelasnya. Adapun untuk kasus probable dan pending paling banyak dialami laki laki, yakni 30 orang, sedangkan perempuan 12 orang. Kemudian, kelompok usia terbanyak yang diduga alami gejala hepatitis akut adalah 0 6 tahun.
Sementara itu, kasus yang meninggal ada 11 orang dan sembuh 22 orang. Diberitakan , berikut ini gejala yang ditemukan pada pasien pasien tersebut, dikutip da i laman Kemenkes: Mual
Muntah Diare berat Demam
Kuning Kejang dan Penurunan kesadaran.
Namun, bila anak anak memiliki gejala kuning, sakit perut, muntah muntah dan diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, penurunan kesadaran, Kemenkes mengimbau agar segera memeriksakan anak ke fasilitas layanan kesehatan terdekat. Kemenkes juga meminta pihak terkait untuk menginformasikan kepada masyarakat agar segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom penyakit kuning dan membangun serta memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor. Masyarakat dapat melakukan langkah pencegahan, seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, dan tidak bergantian alat makan.
Selain itu, menghindari kontak dengan orang sakit, dan melaksanakan protokol kesehatan. Simak berita lainnya terkait